UCAPAN

SELAMAT DATANG DAN TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG " GBI DEBEGAN " TUHAN YESUS MEMBERKATI ANDA.

Sabtu, 31 Juli 2010

Kisah Bunga Mawar

kisah bunga mawar

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.

Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.


sumber: www.emotivasi.com

Jumat, 30 Juli 2010

YESUS TOKOH YANG SEJATI

Bacaan Firman: Markus 4:35-41



Perikop di atas sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Karena dalam perjalanan ada tantangan, di dalam tantangan ada rasa ketakutan, tetapi di balik ketakutan ada doa kepada Tuhan dan di ujung doa ada kuasa Tuhan yang dinyatakan.

Berbicara tentang tokoh berkaitan dengan kepribadian, intelektual, spiritual, moralitas seseorang yang dianggap baik dan positif yang memberikan dorongan bagi peningkatan kualitas hidup seseorang. Yesus adalah tokoh yang sejati! Tokoh yang sejati artinya tokoh yang sempurna.

Ayat 35 berbunyi: "pada hari itu waktu hari sudah petang..." Petang adalah suatu petunjuk tentang akhir zaman. Sesudah petang akan datang malam. Malam identik dengan kegelapan. Kegelapan berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan si jahat. Ayat 36 berbunyi: "marilah kita bertolak ke seberang..." Yesus memberikan gagasan supaya meninggalkan tempat dimana mereka ada dan berpindah ke tempat lain tetapi dengan cara menyeberang/melintasi danau. Di waktu petang (akhir zaman) muncul Yesus sebagai tokoh yang sejati dan mengetahui kebutuhan orang-orang yang berseru kepadaNya.

Ada tujuh hal tentang Yesus sebagai tokoh yang sejati, yakni:

1. Yesus adalah tokoh yang bisa tidur dengan tenang di tengah-tengah taufan/badai (ayat 38).
Apa rahasianya sehingga Yesus bisa tidur dengan tenang saat taufan? Dia yakin bahwa BapaNya yang di sorga tidak akan membiarkanNya. Tidur tenang bukan dalam arti negatif tetapi satu keadaan hidup yang tidak merisaukan keganasan taufan itu. Mazmur 3:1-7, karena keyakinan Daud kepada Tuhan sebagai perisai yang melindungi maka dia bersaksi dia dapat tidur tenang waktu dikejar-kejar Absalom anaknya.

2. Yesus adalah tokoh yang sanggup mendiamkan taufan (ayat 39).
Amukan taufan sangat ganas. Misalnya gelombang tsunami pada dua bulan lalu yang memporak-porandakan Aceh dan beberapa negara lainnya. Amsal 30:4 mencatat bahwa kemampuan Yesus jauh melebihi kekuatan taufan itu sendiri. Allah menangkap badai dengan tanganNya dan membungkus air dengan kainNya.

3. Yesus adalah tokoh yang peduli di saat taufan (ayat 38-39).
Sobat yang sejati adalah sobat yang hadir di waktu senang dan waktu susah. Sobat yang menggantikan kesusahan dengan damai sejahtera hanya kita temukan dalam Yesus.

4. Yesus adalah tokoh yang diabaikan di saat tenang tetapi dibutuhkan di saat susah (ayat 38).
Sikap ini jangan diteladani! Kekristenan yang tidak jujur adalah kita hanya perlu Tuhan apabila sedang susah tetapi waktu senang atau diberkati, kita tidak berbuat apa-apa untuk kemuliaan namaNya.

5. Yesus adalah tokoh yang ditaati oleh angin dan danau (ayat 41).
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan kita. Kalau angin dan danau taat kepadaNya, kenapa kita yang sadar akan cinta penebusan darah Kristus tidak taat dan setia kepadaNya? Tidak jarang kita mengabaikan serta meremehkan dan menyakitiNya dengan cara kita. Ketaatan kita harus melebihi ketaatan angin dan danau.

6. Yesus adalah tokoh yang memulihkan kepercayaan (ayat 40).
Yesus bukan saja mengatasi masalah eksternal yaitu angin dan danau tetapi yang terpenting juga ditangani Yesus yaitu yaitu masalah internal kita, pribadi kita. Apa artinya angin dan danau teduh tetapi masalah pribadi kita, kepercayaan kita tidak berubah.

7. Yesus adalah tokoh yang dikagumi (ayat 41).
Pada akhirnya semua orang akan kagum melihat karya dan kuasa Yesus.


YESUS KRISTUS mengasihi Anda..







(Sumber: Pdt. FSH Palit)

Kamis, 29 Juli 2010

Kita Adalah Apa Yang Kita Pikirkan

Kita Adalah Apa Yang Kita Pikirkan

Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya mengapa dia mudah sekali tersinggung, gampang marah, tdk tenang dan selalu punya prasangka buruk terhadap orang lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya…

Sang kakek berkata, bahwa dalam diri manusia ada dua ekor serigala. Serigala yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah dan selalu punya prasangka buruk. Sedang serigala yang lain selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini selalu berkelahi.

Lalu siapakah yang menang? tanya si pemuda. Yang menang adalah yg setiap hari kau beri makan, kata sang kakek.

Earl Natinghle pernah menuliskan “KITA ADALAH APA YANG KITA PIKIRKAN”. Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan mengenai diri kita. Mengapa pikiran itu begitu dahsyat pengaruhnya. Ternyata pikiran-pikiran yang kita masukkan dalam diri kita akan mempengaruhi perilaku kita sehari-hari, prilaku akan membentuk watak, watak akan membentuk kebiasaan kita dan kebiasaanlah yang akan menentukan nasib kita. Jika Anda sering membaca buku-buku tentang motivasi, inti dari semua buku-buku tersebut adalah pada bagaimana kita mengelola pemikiran kita. Begitu banyak istilah yang kita dengar dari motivator-motivator handal, mulai dari Kekuatan Pikiran, Kekuatan Kata-Kata, Psycho Cybernetic, The Secret, dsb. Jika Anda telah membaca semua buku-buku tersebut, intinya hanya ada satu kata yaitu PIKIRAN.

Untuk itu mulai hari ini awalilah hidup kita dengan memasukkan pikiran-pikiran positif dalam diri kita juga pikiran-pikiran besar. Setiap pagi sebelum memulai hari katakan pada diri kita “SAYA BISA,SAYA PASTI BISA…SAYA PASTI BISA MELAKUKANNYA. TIDAK ADA HAMBATAN SEBESAR APAPUN YANG DAPAT MENGHENTIKAN SAYA

sumber:www.emotivasi.com

MENJADI BERKAT

Sukses yang sejati adalah saat kita bisa mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita, yaitu menjadi berkat dimanapun kita ditempatkan Tuhan.
divider
Susana Wesley adalah salah seorang ibu yang layak disebut sebagai seorang yang memiliki kesuksesan yang sejati. Ia dikaruniai 19 orang anak, 8 diantaranya meninggal dunia sehingga tingga 11 anak. Susana Wesley menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab dan penyerahan kepada Tuhan. Ditengah kesibukannya memelihara dan membesarkan 11 anak, Susanna Wesley menyediakan waktu selama satu jam untuk membaca Firman dan mendoakan anaknya satu persatu. Susana mengatakan bahwa ia "memandikan anak-anaknya tiap hari dengan air mata di hadapan Tuhan." Tidak heran apabila Tuhan demikian memberkati keluarga yang saleh ini, sehingga ada dua anaknya yang demikian terkenal dan memenangkan banyak jiwa untuk Kristus. Kedua anaknya yang sangat menjadi berkat bagi pekerjaan Tuhan adalah John Wesley dan Charles Wesley. John Wesley dikenal sebagai pendiri gereja Methodis, pengkotbah keliling yang penuh dengan semangat dan juga pembawa kebangunan rohani di kalangan kaum buruh di negeri Inggris. Charles Wesley menjadi pengarang ribuan lagu-lagu Kristen yang menggugah iman.

Sukses yang sejati adalah saat kita bisa mencapai tujuan Tuhan dalam hidup kita, yaitu menjadi berkat dimanapun kita ditempatkan Tuhan. di dalam keluarga, dalam sekolah kita, dalam pekerjaan kita, dalam kehidupan bermasyarakat dan bergereja, hendaklah setiap kita menjadi orang yang membawa berkat bagi orang lain. Susana Wesley menjadi berkat bagi keluarganya dan atas kesuksesannya sebagai ibu, anak-anaknya dapat menjadi berkat bagi pekerjaan Tuhan di dunia ini. Saat ini, dimanapun Tuhan menempatkan kita, marilah kita menjadi seorang yang membawa dampak yang positif dan mencerminkan kasih Tuhan. Kita diberkati untuk menjadi berkat. Hiduplah dengan kerinduan untuk selalu menjadi berkat, baik di keluarga, pekerjaan, studi, dan dimanapun kita ditempatkan sehingga kita memiliki kesuksesan yang sejati.

Tuhan Yesus Kristus memberkati.


sumber: newsletter GBI Keluarga Allah

Kesuksesan yang sejati

Kesuksesan yang sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar hidup kita punya arti dan menjadi berkat bagi sekeliling kita.     

 
divider
 
Saat Otelia Compton menginjak usia 74 tahun, ia meraih gelar kehormatan dari sebuah universitas di Amerika Serikat. Ia bukanlah wanita yang pertama mendapatkan gelar kehormatan dari universitas tersebut, namun ia adalah wanita pertama yang beroleh gelar kehormatan dari universitas tersebut karena ia telah menjadi ibu yang berhasil. Anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi dunia ini. Mary Compton menjadi seorang utusan Injil di India. Karl Compton menjadi mahaguru dan rektor di sebuah universitas. Wilson Compton menjadi ahli hukum serta menjadi rektor di sebuah universitas. Arthur Compton memperoleh Nobel pada tahun 1927 atas penemuan sinar X (rontgen). Melihat keberhasilan yang diperoleh Arthur, seorang wartawan terdorong untuk mewawancarai Ibu Compton. Wartawan itu menanyakan, bagaimana perasaan Ibu Compton ketika mendengar berita bahwa anaknya memperoleh Hadiah Nobel. Ibu Compton benar-benar orang tua yang baik. Mereka menyadari bahwa mereka dapat menjadi orang tua yang baik karena adanya kerja sama yang baik antara mereka dan anak – anak mereka.

Kesuksesan yang sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar hidup kita punya arti dan menjadi berkat bagi sekeliling kita. Otelia Compton memulia dari hal yang sederhana. Ia menjadi berkat bagi keluarganya dengan menjadi seorang ibu yang baik. Kesuksesan yang sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar hidup kita punya arti dan menjadi berkat bagi sekeliling kita. Marilah kita belajar untuk terus hidup menjadi berkat bagi sekeliling kita sehingga semakin hari kita semakin memiliki dampak yang besar, baik bagi keluarga kita dan lingkungan dimana kita ditempatkan.
    

Tuhan Yesus Kristus memberkati.

sumber: Newsletter GBI Keluarga Allah.

PUJIAN BAGI TUHAN UNTUK RANCANGAN NYA

Sebuah puisi tua menggambarkan seorang wanita yang pada suatu hari berjalan melewati padang rumput. Pada saat dia berjalan sambil menikmati keadaan alam sekitarnya, dia tiba pada sebuah ladang labu emas. Di ujung ladang tersebut berdiri sebatang pohon ek besar.

Wanita itu duduk di bawah pohon ek tadi dan mlai merenungkan keanehan-keanehan yang ada di alam. Mengapa biji ek yang kecil berada pada dahan yang besar dan labu raksasa pada ranting kecil. Dia berpikir bahwa Tuhan telah melakukan kesalahan dalam penciptaan! Seharusnya Dia meletakkan biji kecil pada ranting yang kecil sedangkan labu besar pada dahan yang besar.

Tak lama kemudian, wanita itu tertidur di bawah hangatnya sinar matahari musim gugur. Dia terbangun pada saat sebuah biji kecil jatuh menimpa hidungnya. Dengan tertawa geli, dia mengubah pola pemikiran sebelumnya, Tuhan benar juga!

Bagaimana kalau tadi biji / buah sebesar labu emas yang jatuh menimpa dirinya? Apa yang akan terjadi kalau begitu? Mungkin dia akan kembali 'tertidur' buat kedua kalinya. Itulah pemikiran Tuhan yang jauh melebihi pemikiran manusia, bagaimana kita terkadang tidak dapat menyelami pikiran-Nya namun kita hanya perlu percaya semua rancangan-Nya sempurna buat kita.

Dalam setiap situasi, Tuhan jauh lebih tahu tentang manusia dan situasi yang terkait dibandingkan apa yang kita ketahui. Dia sendiri melihat segala sesuatu dari awal sampai akhir. Dia sendiri tahu bagaimana menciptakan sebuah Rencana Agung yang membawa kebaikan bagi semua yang melayani-Nya.

Betapa ajaibnya Tuhan yang kita sembah. Dia bisa mengerti hati kita yang paling dalam tapi juga paling mengetahui setiap apa yang terjadi di dunia ini dan sudah mengatur segala sesuatu di tempat yang baik. Wow, kami memuji Engkau ya Pencipta yang Agung dan luar biasa….



Jangan pernah lupakan ini!

Ulangan 31:8

“”Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 16-17

Suatu kali, kira-kira beberapa tahun yang lalu, Billy Graham mengalami masa-masa yang gelap dalam hidupnya. Meskipun ia telah berdoa kepada Tuhan mengenai apa yang ia alami, namun ia merasa langit seperti menjadi tembaga baginya. Tuhan seolah-olah telah menghilang dari hidupnya dan ia sendirian bersama pencobaan dan bebannya.

Billy Graham akhirnya menulis surat pada ibunya mengenai pengalamannya itu. Beberapa hari kemudian, ia pun mendapat surat balasan dari ibunya yang isinya sebagai berikut: “Nak, ada saatnya ketika Allah menarik diri-Nya untuk menguji imanmu. Dia ingin kau mempercayai Dia dalam kegelapan. Sekarang, raihlah dengan iman melewati kabut dan kau akan menemukan bahwa tangan-Nya ada di sana.”

Selesai membaca surat dari ibunya tersebut, tiba-tiba air mata keluar dari mata Billy Graham. Sambil berlutut di sisi tempat tidur, ia pun mulai menangis dan hadirat Allah yang melimpah dengan sekejap ia rasakan. Hari itu sungguh menjadi hari yang tidak pernah ia lupakan hingga saat ini.

Entah kita merasakan atau tidak merasakan hadirat Allah di saat jalan kita gelap, namun tetap berimanlah bahwa Dia ada disana. Jangan ragukan firman-Nya yang berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” karena memang itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Allah selalu ada bersama Anda dan dalam keadaan apapun Dia tidak akan pernah meninggalkan Anda seorang diri.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia - renungan harian.com

Berani Percaya dan Melangkah

Iman yang berani percaya dan melangkah sekalipun belum mengerti dan tidak masuk akal, akan menghasilkan mujizat-mujizat besar dalam hidup kita.     

 
divider
 
Orang tua Dr. William Mc. Donald menceritakan kesaksian tentang hebatnya kuasa iman yang pernah mereka alami. Mereka bukanlah keluarga yang berkelimpahan secara ekonomi. Ketika mereka mengalami keadaan yang sangat sulit, Tuhan menolong mereka. Hari itu, tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka makan. Mereka tidak memiliki makanan untuk seisi keluarga. Mereka berlutut, berdoa, dan bertindak dengan iman. Mereka meminta pada Tuhan supaya Tuhan menyediakan makanan. Ibunya percaya dan mengimani bahwa Tuhan telah menjawab doanya. Ia menyalakan kompor. Sekalipun sang ayah terkejut melihat apa yang dilakukan oleh istrinya, sang ibu tetap menyalakan kompor dan menanggapi suaminya bahwa Tuhan telah menjawab doanya. Sang ayah berjalan menuju jendela dan memandang ke halaman. Dilihatnya ikan yang masih menggelepar di rerumputan. Ia segera keluar dan mengambil ikan tersebut. Dari kesaksiannya tentang berkat Tuhan ini, ada saja yang berkata bahwa hal itu adalah sebuah kebetulan, kebetulan seekor burung yang menangkap ikan di laut menjatuhkan ikan itu. Namun, setiap kita percaya bahwa tidak ada kata 'kebetulan' didalam Tuhan, yang ada adalah, iman mendatangkan mujizat dan anugerah.

Banyak sekali orang yang telah mengalami mujizat, pemulihan hidup, hal luar biasa, dan semuanya bukanlah terjadi karena kebetulan. Semua terjadi karena kuasa Tuhan. Seorang yang memiliki iman akan mendapatkan apa yang ia imani. Abraham memiliki iman yang besar sehingga sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, ia bisa memiliki keturunan seperti apa yang Tuhan janjikan. Perwira Kapernaum memiliki iman bahwa Tuhan Yesus pasti menyembuhkan hambanya dan ia bertindak dengan iman serta melihat bahwa Tuhan Yesus benar-benar menyembuhkan hambanya. Orang tua Dr. William Mc. Donald memiliki iman bahwa Tuhan akan menyediakan apa yang ia perlukan dan ia pun bisa menyaksikan mujizat yang ia alami.  Iman yang berani percaya dan melangkah sekalipun belum mengerti dan tidak masuk akal, akan menghasilkan mujizat-mujizat besar dalam hidup kita. Maka, marilah kita hidup dalam ketaatan iman atas setiap janji Tuhan yang ia berikan bagi setiap kita.    

Tuhan Yesus Kristus memberkati.


sumber: Newsletter GBI Keluarga Allah Solo

5 LANGKAH UNTUK MEMILIKI IMAN YANG TEGUH

IBR 11:23-29

11:23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
11:24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,
11:25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
11:26 Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.
11:27 Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
11:28 Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka.
11:29 Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga.


Untuk bisa mengalahkan pencobaan, kesusahan, setiap orang Kristen harus memiliki iman yang teguh. Untuk itu diperlukan 5 syarat :

1. Iman menuntut siap menghadapi resiko

ay 23 : krn iman orang tua Musa menyimpan bayi Musa selama 3 bulan sekalipun memiliki resiko yang besar. Contoh lain : Sadrach, Mesach, Abed Nego, Daniel di Gua Singa dan Petrus saat berjalan diatas air ( Mat 14:28-33)


2. Iman menuntut pilihan yang tepat.

ay. 24-25 Karena iman, Musa menolak dsebut anak puteri Firaun dan memilih menderita bersama bangsanya. Contoh lain : Yosua memutuskan untuk memilih Ia dan seisi keluarganya untuk beribadah kepada Tuhan. ( Yos 24:15)

3. Iman menuntut ketaatan.

ay. 27 karena ketaatannya kepada Allah Musa meninggalkan Mesir.

- Ketaatan itu melebihi korban ( 1 Sam 15:22)

- Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia (Kis 5:29)

4. Iman menuntut keyakinan akan setiap janji Allah.

- ay.28 Musa setia kepada janji Allah.

- Janji Tuhan itu sangat teruji ( Mzm 89:35)

5. Iman mampu menghadapi segala kesulitan.

- ay. 29 Karena iman Musa dan bangsa Israel melintasi laut merah.

- Iman dapat memindahkan gunung ( Mat 17::20)

- Orang benar hidup karena percayanya ( Hab 2:4)

- Iman mengalahkan dunia ( 1 Yoh 5:4)


sumber: Pdt. Debora Enny S



Garam dan Telaga

garam-telaga.jpgSuatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan raut mukanya ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tidak berbahagia.

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak itu hanya mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamu itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba minum ini dan katakana bagaimana rasanya”, ujar Pak Tua itu.

“Pahit.., pahit sekali rasanya…”, jawab tamu itu sambil meludah kesamping.

Pak Tua sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga didalam hutan didekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak air. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah”, perintah Pak Tua. Saat tamu itu selesai meneguk air itu, Pak Tua kembali bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam didalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan kebapakan Pak Tua menepuk-nepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama. Dan memang akan tetap selalu sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, ‘sang orang bijak’, kembali menyimpan ‘segenggam garam’ untuk anak muda lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa…

Kehambaan Andreas

Jangan hanya jadi pengunjung gereja, temukan peran Anda dan jadilah anggota gereja yang aktif!

Andreas adalah seorang yang memiliki hati hamba. Hati hamba yang dimiliki Andreas ini bisa disimpulkan dalam 3 pewahyuan yang dia miliki.
Nilai dari PELAYANAN YANG TIDAK KELIHATAN
Maksudnya: melayani Tuhan walaupun tidak dilihat orang lain.
Yohanes 1:41-42
Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).
Waktu Yesus bertemu Andreas, Alkitab tidak mencatat apa pun. Tetapi waktu Yesus bertemu Petrus yang dibawa oleh Andreas, Yesus langsung memberitahu masa depan Petrus. Ini adalah suatu pelajaran penting. Waktu Andreas bertemu Yesus, dia langsung tahu bahwa dirinya tidak akan menjadi salah satu murid top-Nya Yesus. Tetapi bagi Andreas hal itu ok, ok saja. Karena bagi Andreas pelayanannya adalah kepada Tuhan, bukan untuk mendapat pujian dari manusia!
Matius 20:25-28: Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Yesus tidak menentang keinginan untuk menjadi besar, menjadi No.1, menjadi kepala dan bukan ekor. Tetapi Dia mengatakan bahwa cara untuk mencapai itu berbeda dengan cara dunia. Cara untuk mencapai kebesaran dalam kerajaan sorga adalah dengan melayani."
Nilai dari MASING-MASING INDIVIDU
Setiap kali Saudara temukan Andreas dalam kitab Injil, hal itu biasanya berkaitan dengan bagaimana dia mencurahkan seluruh dirinya untuk orang lain. Dia menjadi berkat bagi orang lain.
Yohanes 1: Andreas membawa Petrus kepada Yesus.
Yohanes 6: Andreas-lah yang membawa anak yang menyerahkan makanannya untuk Yesus melakukan mujizat memberi makan 5000 orang.
Yohanes 12: Andreas-lah yang membawa sekelompok orang Yunani kepada Yesus.
Itulah kehambaan. Kehambaan adalah memberikan nilai tambah kepada kehidupan seseorang. Saudara membantu orang lain untuk bisa hidup lebih baik. Saudara membantu orang lain untuk jadi orang yang lebih baik, suami yang lebih baik, istri yang lebih baik, pekerja yang lebih baik, teman kerja yang lebih baik.
Nilai dari PEMBERIAN YANG TIDAK BERARTI
Yohanes 6:8-9
Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?
Andreas menyadari sekecil apa pun pemberian itu, tetapi kalau di taruh di tangan Tuhan maka akan bisa mengerjakan perkara yang luar biasa.
Jadi, apakah Anda melayani Tuhan? Apakah Anda memiliki pelayanan? Atau Anda mau jadi orang bebas saja? Apakah Anda mau datang ibadah, memuji Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan dan kemudian tinggalkan ibadah tanpa mau terikat dalam suatu pelayanan tertentu? Mungkin Anda lakukan itu karena kecewa atau sakit hati dengan orang tertentu. Tetapi kita harus menyadari bahwa melayani itu sebenarnya adalah demi kebaikan kita, supaya kita kuat dalam otot-otot rohani kita. Yesus mengatakan bahwa cara kita untuk menjadi besar (baca: bertumbuh) adalah dengan melayani! Jangan hanya jadi pengunjung gereja, temukan peran Saudara dan jadilah anggota gereja yang aktif!

sumber : www.jawaban.com

Mengalahkan Kekuatiran Dengan Iman

detail_img

Kuatir adalah dosa! Ini adalah sebuah kebenaran yang nyata, oleh sebab itu Alkitab berkali-kali memerintahkan, "Jangan kuatir!" Kekuatiran tidak mengerjakan kebaikan sedikitpun, namun telah terbukti bahwa hal tersebut sangat merugikan.

Pada suatu saat Yesus menegur para pengikut-Nya dengan keras: "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? hai orang yang kurang percaya?" (Matius 6:25, 27, 30).

Untuk menggambarkan hal tersebut, Yesus berkata, "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga." (Matius 6:26).

Apakah Anda pernah melihat burung mengalami nervous breakdown atau kekuatiran? Tentu saja tidak, burung-burung tidak pernah merasa kuatir karena mereka tahu bahwa Allah akan memberi mereka makanan bagi mereka. Yang perlu Anda ingat, "Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26). Benar, Anda jauh lebih berharga dari banyak burung.

Kekuatiran seringkali berasal dari keinginan duniawi kita. Iklan televisi telah menciptakan keinginan yang tidak terpuaskan kepada hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Nafsu adalah menginginkan sesuatu sekarang, sedangkan Iman adalah bergantung pada penyediaan Tuhan.

Yesus berkata: “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."(Matius 6:32-33).

Ketika kita berjalan dekat dengan Yesus hari demi hari, kita menemukan istirahat dan ketenangan. Tapi ketenangan batin tidak Anda dapatkan ketika Anda berjalan ke sana-kemari, menghabiskan waktu untuk mengejar hal-hal duniawi. Sebaliknya, dunia justru dapat menghancurkan Anda dengan banyak masalah dan membuat Anda takut. Surat-surat kabar tidak memberi Anda kabar baik! Iblis ingin Anda tetap berjalan dalam kekuatiran, Anda mulai mencemaskan semua hal. Tapi Tuhan berkata, "Jangan takut!"

Ketika Anda menghadapi hari Anda, jangan pernah melewatkan sumber berkat Anda yaitu Tuhan. Tuhan sangat mengasihi Anda dan tahu kebutuhan Anda yang sebenarnya, apakah itu kebutuhan fisik, sosial atau keuangan. Jadi datang kepada Tuhan dalam iman, berikanlah beban Anda kepada-Nya, mencari wajah-Nya, pujilah nama-Nya dan Dia akan menyediakan segala sesuatu yang Anda butuhkan!

sumber: www.jawaban.com

Cara Mengatasi Perselisihan Secara Alkitabiah


detail_img

Salah satu pergumulan yang sering dihadapi adalah perselisihan.

Eph. 4:1-3 (NLT) “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”

Damai = Lawan dari pertengkaran/perselisihan.

Konflik bisa saja terjadi, apakah itu mengenai masalah theologia,hal-hal praktis, masalah politik, masalah kebudayaan, atau selera pribadi.

Waktu konflik terjadi dalam kehidupan Saudara, apa yang akan Saudara lakukan? Karena bagaimana cara kita dalam menangani konflik yang menentukan level kedewasaan rohani kita.

Kita perlu belajar berjalan dalam kasih waktu kita menangani konflik. Kasih artinya:

1. Kita harus punya sikap yang benar.

Artinya : kita harus merendahkan diri kita seperti seorang anak kecil.

2. Kita harus melakukan pendekatan terhadap konflik dengan rendah hati.

Rendah hati artinya menurunkan. Dan itu adalah lawan dari apa yang daging kita inginkan waktu kita menghadapi konflik.

3. Kita harus melakukan pendekatan yang tepat.

Yesus memberikan empat langkah sederhana untuk mengatasi konflik.

Kadang kita membuatnya menjadi rumit, sementara Yesus sebenarnya mengajarkan sesuatu yang SEDERHANA.

EMPAT LANGKAH MENYELESAIKAN KONFLIK

Langkah #1: Bicara empat mata dengan orang yang terlibat konflik.

E. Stanley Jones mengatakan dalam Reader’s Digest (Dec. 1981): Seekor ular rattlesnake kalau disudutkan kadang jadi begitu marah sehingga dia akan menggigit dirinya sendiri. Kalau kita memendam kebencian dan kemarahan pada orang lain, sebenarnya kita melakukan hal yang sama – kita menggigit diri kita sendiri.

Beberapa arahan untuk pembicaraan secara pribadi:

Segera lakukan. Jangan tunda penyelesaian konflik.

Berhadapan muka. Yesus berkata, “tegorlah dia di bawah empat mata.” Jangan menulis email, jangan cuman pakai telepon, jangan pakai surat atau catatan, dan yang paling penting jangan menulis di “blog” tanpa

Perkuat hubungan. Biarlah orang tsb tahu bahwa yang Saudara inginkan adalah menyelesaikan konflik, bukan mencari kesalahan.

Lakukan penelitian, bukan tuduhan. Artinya menangani hal yang telah terjadi, bukan tunjuk jari menyerang karakter mereka.Pakai pernyataan menggunakan kata “Saya” dari pada “kamu.”

Dapatkan faktanya. Setelah Saudara melakukan penelitian, ijinkan orang tsb memberikan respon.

Miliki suatu pemikiran. Point-nya adalah memulihkan kepercayaan dan keharmonisan.

Langkah #2: Bawa Saksi bersama Saudara.

Motif saksi ini tujuannya sama : supaya ada rekonsiliasi.

Langkah #3: Bawa Masalahnya kepada kepemimpinan di gereja.(1 Kor. 6:1-8)

Langkah #4: Kalau semua langkah di atas gagal, putuskan hubungan. (Roma 12:17-20)

Ada kisah tentang Leonardo da Vinci, waktu dia sementara melukis Last Supper, dia melukis Yudas dengan wajah orang yang sementara marahan dengan dia. Tetapi dia tidak bisa menggambar muka Yesus sampai dia akhirnya dia mengganti lukisan wajah Yudas.

Ingat doa Bapa Kami : “ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Konflik pasti terjadi, bahkan di gereja sekalipun. Tetapi yang terpenting adalah apa yang akan kita lakukan pada waktu hal itu terjadi? Kita harus awali dengan berjalan dalam kerendahan hati.

sumber: www.jawaban.com

Aku Berubah Waktu Pikiranku Berubah

detail_img

"Seperti orang berpikir dalam dirinya sendiri, demikianlah ia" Amsal 23 : 7 ( NKJV )

Tanaman anggur memiliki dahan yang lentur sehingga tanaman ini akan selalu mengikuti bentuk penyangganya.

Pikiran kita sama dengan dahan tanaman anggur ini, LENTUR / FLEKSIBEL. Kita bisa mengijinkan Tuhan atau dunia untuk mengendalikan pikiran kita.

Pikiran kita seharusnya berubah sesuai dengan pikiran Tuhan, karena :

1. Perubahan menjadikan kita lebih baik

Pikiran Tuhan adalah pikiran yang baik,seperti : kasih, ketaatan. Jika pikiran kita baik, maka pasti tindakan kita akan berubah menjadi lebih baik.

2. Perubahan membantuku memecahkan masalah

Dunia mengajarkan kejahatan harus dibalas dengan kejahatan.

Jika demikian masalah tidak akan selesai, karena setiap orang melakukan kejahatan. Tuhan mengajarkan kejahatan harus dibalas dengan kebaikan. Memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan tetapi saat kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka masalah akan terselesaikan.

Setiap orang hidup dengan damai & penuh kasih.

Karena itu pikiran kita harus berubah sesuai dengan pikiran Tuhan.


sumber : Pdt. Daniel P. Martono-www. Jawaban com

Berhentilah Mengeluh…

Coba renungkan penyampaian ini sebelum Anda mulai mengeluhkan berbagai hal yang terjadi dalam hidup Anda…

01]. Hari ini sebelum Anda mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

02]. Sebelum Anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang Anda santap,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

03]. Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.

04]. Sebelum Anda mengeluh bahwa Anda buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

05]. Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau istri Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

06]. Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidup Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

07]. Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anak Anda
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

08]. Sebelum Anda mengeluh tentang rumah Anda yang kotor karena pembantu tidak mengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

09]. Sebelum Anda mengeluh tentang jauhnya Anda telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

10]. Dan di saat Anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan Anda,
Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11]. Sebelum Anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

12]. Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta
Dan ketika Anda sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa Anda masih hidup !

a. Life is a gift

b. Live it…

c. Enjoy it…

d. Celebrate it…

e. And fulfill it.

13]. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu

14]. Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan

15]. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
Mereka cantik/tampan karena Anda mencintainya,,,

16]. It’s true you don’t know what you’ve got until it’s gone,
but it’s also true You don’t know what you’ve been missing until it arrives!!!

Jadi……..berhentilah mengeluh, hadapilah manis pahitnya hidup dengan bersyukur terhadap semua yang telah Tuhan berikan….


sumber : Kumpulan renungan.com

Hati Hamba

Tetapi bertanyalah Yosafat: "Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?" Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: "Di sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia." ( 2 Raja-Raja 3 : 11 )

Ada tiga contoh pribadi yang belajar untuk menjadi hamba. Yang pertama adalah Yosua (Bilangan 11 : 24-30). Tidak dari semula dia disebut abdi TUHAN atau hamba TUHAN, tetapi pada awal kemunculannya dia hanya disebut sebagai abdi Musa. Kelak di kitab Yosua, baru dia disebut sebagai hamba atau abdi TUHAN.

Yang kedua adalah bujang dari Elia (1 Raja-Raja 18 : 41-46), posisinya sebagai bujang harus mengerjakan apa yang diperintahkan tuannya, sekalipun itu tidak sesuai dengan keyakinannya.

Dan yang ketiga adalah Elisa (2 Raja-Raja 4 : 25-37). Nabi pun belajar untuk rendah hati, dan nabi pun di sebuah titik tertentu diajari TUHAN bagaimana bergantung kepada TUHAN senantiasa.

Milikilah hati hamba dalam hidupmu, kejarlah dan usahakanlah itu...


By His grace,
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Copyright by FB Petrus Agung JKI IK

Rabu, 28 Juli 2010

Iman Untuk Bertahan

detail_img

“Tangan yang harus saya lawan sepertinya terlalu besar untuk saya.”

Saya membayangkan itulah hal pertama yang terlintas di pikiran Daud ketika ia masih muda. “Untuk tugas ini, saya terlalu kecil.” Dan memang itu kenyataannya. Bila dibandingkan dengan Goliat, maka Daud memang terlalu kecil.

Saya membayangkan bagaimana Daud dipenuhi oleh ketakutan ketika ia bersiap untuk menghadapi raksasa Goliat. Jika Anda menutup mata Anda sejenak, mungkin Anda dapat mendengar suara ..... baju besi dengan orang yang gemetar di dalamnya, jantung Daud yang berdetak kencang sampai dapat didengar oleh telinganya sendiri, dan tawa dari seorang pria yang memandang rendah lawannya, begitu kecil dan tidak layak.

Dapatkah Anda membayangkan kombinasi dari suara-suara ini? Betapa menakutkan untuk menjadi seorang Daud pada saat itu. Seperti saya, Anda mungkin tidak dapat membayangkan memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk berdiri di atas sandal yang Daud kenakan. Tapi Daud sepertinya adalah sebuah kasus khusus, bukankah begitu?

Tidak. Jawabannya adalah tidak. Daud hanyalah seorang anak kecil. Dia menghadapi Goliat tanpa senjata, hanya mainan yang banyak disukai anak-anak pada umumnya sampai-sampai setiap kita bisa mengingat pernah memilikinya dulu. Tidak ada yang luar biasa tentang Daud... paling tidak, sejauh yang dapat kita lihat.

Yang membuat Daud begitu istimewa adalah kehadiran Allah dalam hidupnya. Apa yang membuat Daud sanggup menjatuhkan Goliat, tak seorangpun yakin bisa terjadi begitu saja tanpa kuasa Tuhan. Kekuatan itu hanyalah sebuah kata yang datang dari atas.

“...bukan kamu yang akan berperang…” kata Tuhan (2 Tawarik 20:15). Itulah yang memberi Daud keberanian untuk melakukan apa yang Tuhan minta. Dan untuk melakukan kehendak Allah itu, Daud berdiri di sana tanpa perlengkapan apapun selain sebuah batu. Saya pikir ia tidak akan sanggup melakukannya. Saya pikir ia tidak akan sanggup melaksanakannya.

Ada saat di dalam kehidupan kita ketika kita diberi pilihan untuk melarikan diri atau bertahan. Kita diberi kesempatan untuk bertahan di tengah sesuatu yang jauh lebih besar dari kita dan dengan sabar menunggu kasih karunia Allah untuk menyelamatkan kita.

Ketika masalah datang dalam kehidupan, akankah kita bertahan dan akhirnya melihat jatuhnya sang raksasa? Akankah kita menaruh harapan kita pada Allahnya Daud, Allah yang meyakinkan kita bahwa meskipun pedang bertebasan dan meriam api berhamburan namun pertempuran itu bukanlah pertempuran kita sendiri?

Ketika tiba waktunya untuk menghadapi peperangan, siapapun bisa memilih untuk mundur. Tidak dibutuhkan keberanian untuk mundur. Dan jauh tidak lebih menyakitkan jika kita berbalik dan membiarkan raksasa itu tertawa di belakang kita. Namun dibutuhkan keberanian hati untuk memiliki pertempuran yang sebenarnya, keberanian yang mungkin tidak kita miliki. Tapi jika kita mendengar Bapa kita dengan seksama, Kita akan menemukan sebuah sumur kekuatan sehingga kita bisa menarik kekuatan itu kapanpun kita membutuhkannya. Kita akan menemukan keberanian yang dipinjamkan dengan bebas kepada siapa saja yang berani untuk mengatakan, “Saya tidak dapat melakukannya sendiri.”

Lukas 11:9
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Tuhan mengundang kita hari ini untuk melakukan pertempuran yang baik. Tuhan tidak menjanjikan bahwa peperangan itu akan mudah, tapi Ia berjanji jika kita menyembunyikan diri kita di dalam Dia, maka Ia akan bertempur bagi kita dan berbagi dalam kemenangan. Dalam pertempuran, kita akan melihat banyak hal yang bisa mengecilkan hati. Kita akan tergoda untuk berulangkali berkata, “Saya menyerah”. Dan jika keberanian untuk berperang itu pergi dari kita, dan hal itu pasti akan terjadi, Tuhan hanya meminta kita untuk mengingat satu hal. Tuhan tidak meminta kita untuk berani menghadapi pertempuran... Tuhan hanya meminta kita memiliki iman untuk bertahan.

Yakobus 1:12
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Sumber : Brooke Keith - WWW,hawaban,com

Pribadi To Do, To Have, atau To Be?

Pribadi To Do, To Have, atau To Be?“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

sumber: www.emotivasi.com

Elang dan Kalkun

Elang dan Kalkun

Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.

Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.

Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.

Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.

Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.

Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”

Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.

Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.

Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.

Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.

Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…

Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.


sumber: www.emotivasi.com